pendidikan rakyat miskin



   Penanganan pendidikan rakyat miskin dan anak jalanan
a.    Pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemisikinan
Kemiskinan merupakan salah satu problem social yang sangat serius. Pertama kali perlu dilakukan identifikasi tentang kemiskian itu sendiri,. Menurut Usman paling tidak ada tiga macam konsep kemisiknan, yaitu; kemisikinan absolout, kemisiknan relative dan kemiskinan subyektif. Konsep kemiskinan absolout dirumuskan dengan membuat ketentuan tertentu yang konkrit contohnya kebutuhan sanadang, pangan dan paapan suatu masyarakat. Konsep kemiskinan relative dirumuskan berdasarkan the idea of relatife standarad, yaitu memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan disuatu daeraha berbeda dengan daerah yang lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan daerah lainnya. Sedangkan kemiskinan subyektif dirumuskana berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri.  Misalnya kelompok kelompok yang berada digaris bawah kemiskinan boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri tidak miskin.
 Mas’oed (2003) menglasifikasikan kemiskinan menjadi lima jenis yaitu:
1.      Kemisikinan interstitial, kondisi deprivasi materiil dan alienasi mendorong timbulnya kantong-kantong kemiskina yang dikelilingi oleh para pemilik kekayaan, kekuasaan dan asset yang lebih besar.dalam kondisi ini sangat sulit menengani penanggulangan kemiskinan tnpa adanya sesuatu yang diselewengkan oleh para pemilik kekayaan atau orang yang memiliki kekuasaan. Misalnya dana yang diperuntukan pemerintah bagi orang-orang miskin terlebih dulu disunat oleh para pejabat-pejabat pemerintah.
2.      Kemiskinan periferal, kemiskinan ini terdapat di wilayah-wilayah pinggiran dan terjadi akibat deprivasi yang berlangsung dalam kondisi terisolasi dari lingkungan yang ada disekitarnya.
3.      Kemiskinan overcrowding, deprivasi materiil akan mendorong timbulnya alienasi dan kemiskinan jenis ini.
4.      Kemiskinan sporadic atau traumatic yaitu akibat dari kerentanan bencana alam. Misalnya gunung meletus, kemarau panjang dan banjir bandang yang telah meluluh lantakan kekeyaan yang dimiliki oleh seseorang hal seperti ini menimbulkan kemiskinan.
5.      Kemiskinan endemic, bisa muncul akibat isolasi, alienasi, deprivasi teknologis, ketergantungan dan kelangkaaan asset.[1]
Dari beberapa pemahaman kemiskinan diatas menyatakan bahwa kemiskinan tidak hanya datang adari factor ekonomi, tetapi juga dari beberapa factor social budaya dan politik. Mencari dan menentukan garis kemiskinan bisa saja diukur dengan dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Cara inilah salalah satu dasar pijakan untuk melangkah lebih jauh dalam menentukan strategi pemberdayaan masyarakat dalam hal penanggulanagan kemiskinan.
Pada mulanya kemiskina selalu ditandai dengan nilai ekonomis yang dinyatakan dalam ukuran tingakt pendapatan atau tingkat konsumsi inividu atau komunitas. Di dalam negara berkembang kemiskina diukur dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar yang dinyatakan dengan ukuran kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan kalori. Seperti banyak diupayakan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya upaya pengenytasan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menganggap pertumbuhan output nasional dan regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita atu GNP yang dapat mendorong kegiatan ekonomi yang lainnya sehingga menciptakan banyak lapangan kerja dan peluang berusaha. Bila rencana tersebut berjalan sesuai secara tidak langsung kemiskinan dapat dientaskan.
Akan tetapi pengalaman menunjukan peningkatan produk domestic bruto (PDB) tidak dengan sendirinya membawa peningkatan standar hidup masyarakt secara keseluruhan maupun individu, alasannya adalah umumnya pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang lebih besar dari pada pertumbuhan ekonomi sehingga secara komparatif tidak memberikan peningakatan taraf hidup secara signifikan selain itu adanya ketidak adilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak pada kaum miskin. Sehingga membuat output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata.
Untuk menanggulangi kemiskinan perlu dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat secara komprehensif kosep pemberdayan (frientment, 1992) muncul kepermukaan karena ada dua factor yaitu factor kegagalan dan factor harapan. Korten menegaskan bahwa factor kegagalan yang terjadi di negara berkembang dikarnakan tidak memberikan kesempatan kepada rakyat miskin ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan, perencanaan pelaksanaan terhadap program pembangunan. Dengan kata lain rakyat miskin pada khususnya dianggap sebagai objek dari pembanguna itu sendiri.
Pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan agar bagaimana pemerintah dan stakeholder lainnya mampu bersinergi dalam merencanakan program dan tetep mempertimbangkan nilai-nilai social yang telah ada.
Pemberdayaan masyarakat dalam hal menanggualangi kemiskinan dapat dilakukan secara bertahap dalam tiga fase yakni fase fase inisial, fase partisipatoris dan fase emansipatoris. Pada fase inisial semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah oleh pemerintah dan diperuntukan bagi rakyat.pada fase ini rakyat bersifat pasif dan tergantung pada pemerintah. Fase parsitipatoris proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat oleh pemerintah bersama masyarakt dan diperuntukan bagi rakyat, dalam fase ini masyarakat aktif dan mandiri. Dan fase emansipatoris pada fase ini masyarakat sudak menemukan kekuatannya sendiri sehingga dapat melakukan pembaruan dalam mengaktualisasi diri.[2]
Dalam hal ini ketidak berdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah rendahnya pendidikan, keterbatasan akses social politik dan lain sebagainya upaya untuk menutupi kelemahan tersebut dilakukan dengan cara, meningkatkan kualitas sumber daya (SDM) dan menyelamatkan kelanjutan sumberdaya alam (SDA) keinginan menanggulangi kemiskinan dengan pemberdayaan sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, pemerintah telah berupaya keras dengan berbagai program untuk mengadakan pemberdayaan rakyat miskin. Melalui berbagai program misalnya IDT, P2KP, Askeskin, kompensasi BBM, PKK,PNPM. Selin itu pengembangan keswadayan masyarakat juga memerlukan kebijakan public yang menyentuh kepentingan masyarakat, misalnya program perkreditan, seperti kredit infestasi kecil (KIK) kredit usaha kecil (KUK) kredit modal kerja dan sebagainya. Usaha seperti ini bagian dari usaha untuk menggerakan ekonomi rakyat.
Kemiskinan adalah suatu fenomena yang sangat ironis, dan kemiskinan tidak dapat dituntuskan hanya dengan bantuan ekomi atu financial melainkan dengan cara pemberdayaan agar mereka dapat mandiri dan mengubah nasibnya sendiri tanpa terus bergantung pada pemerintah.  
b.        Rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat terhadap penanganan anak terlantar
1.      Kepada pemerintah
a.       Supaya anak-anak terlantar yang bersetatus sebagai warga negara Indonesia dapat memperoleh haknya dalam menempuh pendidikan, minimal pendidikan dasar sebaliknya pemerintah terus meningkatkan pemeliharaan dan pembinaan terhadap mereka dari segi kuantitas dan kualitas dalam tempat tertentu semisalnya diasramakan.
b.      Supya semakin tidak direpotkan mengurusi anak-anak terlantar terlantar yang kuantitasnya terlihat meningkat terus, dan sebaiknya pemerintah berusaha meminimalisir laju pertambahan kelahiran mereka.dengan cara memandulkan gelandangan dewasa dan gelandangan cilik melalui tindakan medis sterilisasi (fasektomi dan tubektomi). Serta terus meningkatkan permasyarakatan norma keluarga kecil keluarga bahagia dan sejahtera atau disingkat menjadi NKKBS dalam masyarakt.
2.      Kepada masyarakat
Supaya tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi hak pemeliharaan dan pendidikan anak terlantar dapat dilaksanakan dengan semaikn baik dan maksimal sebaiknya masyarakat sebagai mitra kerja pemerintah terus meningkatkan partisipasi aktifnya dalam menangani anak terlantar.[3]



[1] Daman Huri. Demokrasi dan kemiskinan ( Malang: program sekolah demokrasi, 2008). Hal: 80-81
[2] Daman Huri. Demokrasi dan kemiskinan
[3] Ali Rohadi., Kapita selekta pendidikan. ( Yogyakarata, teras : 2009). Hal : 212

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 1 DINIYYAH

sistem pendidikan dimesir

homonim, homofon, homograf, polisemi, peyorasi, ameliorasi, sinestesia