URGENSI AMTSAL AL QUR’AN
Urgensi Amtsal
dalam Al-Qur’an
pertama, Matsal akan
mendekatkan gambaran Mumatsalah
dalam benak orang yang diajak bicara, karena kadangkala si
Mukhatab tidak atau belum tahu dengan contoh, maka untuk menghilangkan
ketidaktahuan itu contoh dikemukakan melalui matsal.
Kedua, Suatu
ajakan agar berfkir
logis sehingga sampai
pada puncak alasan
yang memberikan keyakinan.
Ketiga, sebuah
dorongan agar senantiasa berbuat baik,
memberikan dorongan dan
sikap gemar melakukan kebaikan, digunakan untuk memuji atau untuk mencela
sesuatu perbuatan, kemudian amtsal digunakan untuk mempertajam daya nalar
manusia. Selain itu urgensinya Memberikan penjelasan terhadap makna yang samar,
sehingga menjadi jelas dan konkret.
Terakhir,Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal
yang ghaib melalui paparan yang nyata. Misalnya Allah mengumpamakan orang-orang
yang makan riba lantaran mengikuti hawa nafsunya semata, diserupakan dengan
orang yang sempoyongan karena kesurupan setan.
Selanjutnya Menampilkan sesuatu yang rasional dalam bentuk konkrit yang dapat
dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya. Sebab
pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika ia
dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya Alloh
membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang menafkahkan hartanya secara riya’
bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala sedikit pun dari perbuatannya itu.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ
بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ
مِمَّا كَسَبُوا…(الأية)
.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari
apa yang mereka usahakan…”
Komentar
Posting Komentar