sepertinya aku salah jalan

hubungan ini memang berawal dari jalan yang salah, aku mengambil keputusan dengan dengan terburu-buru, ketika itu aku sedang patah hati, kekasihku... bukan, yang pasti dia adalah calon suamiku dimasa lalu telah mengkhianatiku, saat itulah dia datang dengan sejuta kasih sayang yang yang sangat aku rindukan, dia membawa harapan dan mimpi tentang masa depan akupun mengambil keputusan untuk berhenti dengan calon sumiku dan memulai cerita baru dengan dia.
diawal hubungan mulai terjadi pertengkaran disana-sini, tapi aku masih wajar karena mungkin dia takut kalau aku menganggapnya hanya sebagai pelarian saja, tapi aku selalu meyakinkannya kalau aku akan menjadikan dia sebagai tujuan akhir hidupku, dulu ketika aku menjalin hubungan dengan calon suamiku, melalui hubungan jarak jauh karena aku harus melanjutkan study ku dikota lain, jadi tak ada masalah aku bergaul dengan siapapun, karena kepercayaan yang diberikan itulah aku sangat menghormatinya, tapi ketika menjalin hubungan dengan dia aku mulai sesak karena aku baru merasakan ada seseorang yang benar-benar ada disampingku. senang memang, tapi aku belum terbiasa, dia memperlakukan aku dengan sangat hati-hati, dia mulai melarangku berteman dengan laki-laki. walaupun kenyataannya temanku dengan teman dia sama karena kita memang satu kampus , akupun mulai menjauh, pergaulankupun terbatas, dia pun mulai menghapus kontak teman laki-lakiku, entah diseluler ataupun dimedia sosial. tak bersisa satupun. tak terkecuali teman laki-laki terbaiku, tempat berbagiku pun hilang entah kemana.
hampir beberapa bulan kita sering bertengkar, pertengkaran tanpa masalah itu yang ku simpulkan pada saat itu. tapi aku tetap akan bertahan mungkin itu salah satu sisi lain yang ada pada dirinya. dan aku bertekad untuk bisa merubahnya, lambat laun akupun mulai sayang dan tak akan pernah melepaskannya, selalin sisi itu bagiku dia adalah sosok yang bijaksana. keyakinankukupun semakin bertambah ketika keluarga kita setuju dengan hubungan kita, akupun semakin yakin akan langkahku.
dan aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
setelah lulus, aku mulai memikirkan kelanjutan masa depan hubungan aku dengannya, aku mulai bermimpi membangun keluarga kecil yang bahagia, dan saat itu tak ada masalah apapun dalam mimpiku. karena dia pun mempunyai mimpi yang sama denganku, aku senang. setiap kali dia mulai merancang kehidupan masa depan, dan aku tak mau segera berlalu dengan percakapan ituu yang bagiku sangat menyenangkan. dan memberikan semnagt tersendiri untukku.
akhirnya kesepakatan pun dimulai, aku harus rela menunggu 2 tahun untuk mewujudkan mimpi indah membentuk keluarga kecil, aku mengerti karena pada saat itu memang aku merasa umurku belum cukup. dan aku ingin dia melanjutkan study yang lebih tinggi, aku sangat mendukungnya. dan aku tak mau memngganggunya. 2 tahun waktu yang cukup bagiku untuk menunggu, dan 2 tahun itu hampir selesai aku mulai tak sabar menunggu waktu itu.
tapi selama 2 tahun itu keluarganya  tak pernah membicarakan sama sekali tentang pernikahan walaupun dia sering membicarakannya. dan tiba-tiba ayahnya menyuruhku untuk menunggu lebih lama tak tanggung-tanggung aku diminta menungggu 5 tahun lagi, bagaikan disambar petir aku mendangar itu aku mulai menangis dan pikiranku mulai tidak karuan, mimpiku hancur berkeping-keping, aku membanyangkan 5 tahun lagi bagaimana aku nanti? aku tua? dan aku harus mengubur harapan ayahku melihat aku bisa berkeluarga dengan cepat dan usiakupun sudah matang untuk menikah.
pertemuan keluargapun dilakukan, mencari jalan tengah, tapi pertemuan ini malah membuatku semakin tidak yakin akan jalanku. keluargaku tetap mempertahankan pendapat kalau tak ingin menunggu lebih lama lagi, dan keluarganyapun tetap dengan pendiriannya, sakit rasanya ketika mendengar alasan kenapa harus menunggu lama, katanya ditakutkan kalau natinnya kuliahnya terganggu karena memang dia diminta untuk melanjutkan lagi, kelurga ku memberikan pilihan untuk dinikahkan tapi aku dan dia tak hidup bersama, aku tetap dirumah dan dia tetap kuliah. jadi tak ada pihak yang menunggu.tapi pendapat itu justru ditolak mentah-mentah ayahnya beranggapan kalau pilihan itu malah membuat ayahnnya menghidupi 2 keluarga. aku semakin sedih mendengarnya.
kenapa bisa setega itu, apa keluragnya tidak berfikir aku ini perempuan, perempuan tidak seperti laki-laki yang bisa menikah kapan saja. aku mulai frustasi dan peretmuan ini tak mengahsilkan apa-apa. aku malu dengan kelurgaku......
beberapa minggu kemudian dia mulai bisa meluluhkan hati ayahnya , restupun mulai didapat, ayahnya berubah fikiran, dan ayahnya tetap memberikan dana buat study dan memberiakan izin menikah 
walaupun mendengar kabar itu hati tettap tak tenang, karena memang belum ada keluarganya yang datang lagi untuk membicaraknnya , cuman dia datang seorang diri menemui keluargaku, dan keluargaku belum yakin benar telah mendapat izin dari orang tuanya, dan akal tetap menyangkal kalau ini tak benar, aku berfikir ribuan kali tetapi tetap hasil yang aku fikirkan aku tak mau menikah dengan keadaan salah satu keluarga merasa terpaksa, itu tak akan bagus nantinya. aku mulai mempermasalahkan ini, aku mulai bertengkar. dan aku mulai menyalahkan keadaan yang tak pernah berpihak kepadaku.
pucakanya semalam aku pancing dia untuk biccara sebenarnya dan ternyata dia dia lebih condong kepada keluargnya dan dia merasa terpaksa dan didesak oleh keluargaku, akupun sedih dan sudahlah akhiri saja semuanya aku ingin melupakannya. aku mulai menyibukan diri dan aku mulai tak mau memikrkan ini semua.
aku ingin pergi ketempat yang jauh agar aku bisa melupakan semuanya.....

bersambung................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 1 DINIYYAH

sistem pendidikan dimesir

homonim, homofon, homograf, polisemi, peyorasi, ameliorasi, sinestesia