SWOT dalam pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Perencanaan dilakukan untuk
menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus
(objectives) suatu kegiatan/ program. Dalam menyusun rencana sebaiknya
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau dapat disediakan. Sumber-sumber
itu meliputi sumber manusia dan sumber non-manusia. Sumber manusia
mencakup antara lain pamong belajar, fasilitator, tutor, warga belajar,
pimpinan lembaga dan masyarakat. Sumber non-manusia meliputi fasilitas,
alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, dsb.
Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam penggunaan sumber-sumber tersebut. Perencanaan hanya akan dapat dilakukan apabila perencana megenal, mamahami dengan benar kekuatan dan kelemahan sebagai aspek internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga atau perencana, sehingga dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin terbuka untuk diraih untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa mengetahui aspek-aspek tersebut rencana yang disusun hanya merupakan angan-angan yang tidak berdasar, karena itulah diperlukan data yang cermat dan akurat dan terbaru dari semua lini/ komponen terkait.
Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam penggunaan sumber-sumber tersebut. Perencanaan hanya akan dapat dilakukan apabila perencana megenal, mamahami dengan benar kekuatan dan kelemahan sebagai aspek internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga atau perencana, sehingga dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin terbuka untuk diraih untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa mengetahui aspek-aspek tersebut rencana yang disusun hanya merupakan angan-angan yang tidak berdasar, karena itulah diperlukan data yang cermat dan akurat dan terbaru dari semua lini/ komponen terkait.
Perencanaan yang tidak didukung data, sering menimbulkan adanya rencana yang tidak akan pernah tercapai, walaupun didukung oleh sumberdaya yang cukup memadai.
Perencanaan memerlukan adanya data dasar yang diterima dan diakui oleh semua pihak termasuk disemua jenjang organisasi/lembaga terkait. Setiap ada perubahan harus dilakukan secara serentak, disemua tingkatan organisasi/ lembaga terkait. Data dasar harus diperbaiki setiap tahun perencanaan. Sering suatu rencana sudah disusun tanpa si perencana memahami apa yang ada dan sudah terjadi dan apa penghambat yang dihadapi. Dalam keadaan seperti ini, tujuan yang disusun dalam rencana tersebut hampir dapat dipastikan tidak akan dapat dicapai.
Perencanaan sering dianggap sebagai tugas rutin semata, pada hal perencanaan adalah sesuatu yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Perencanaan tidak pasif dan statis, karena itulah diperlukan kereasi dan rasa memiliki (sense of ownership) dari para perencana serta rasa malu apabila rencana yang disusun ternyata tidak realistis dan tidak dapat diwujudkan.
Pada setiap setiap perencanaan, hindarilah ungkapan ”perencanaan untuk perencanaan” yang mengandung makna ketidakpeduliaan akan tujuan yang dirancang tetapi hanya asal ada kegiatan.
Untuk menyusun rencana yang dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata dan berhasil, diperlukan bebagai pendekatan untuk mengetahui atau memahami sejumlah informasi yang diperlukan, baik aspek internal maupun aspek ekternal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis ”SWOT” (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Sejanjutnya, pendekatan ini akan dibahas pada bagian lain tulisan ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Analisis swot
Analisis swot singkatan bahasa inggris
dari "kekuatan"/strengths"kelemahan"/weaknesses,
"kesempatan"/opportunities, dan "ancaman"/threats)
adalah metode perencanaan strategi yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman[1].
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Teknik ini dibuat oleh albert
humprey yang memimpin proyek riset pada universitas Stanford pada dasawarsa
1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan fortune
500. Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan
ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para
perencana apa yang bias dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan
oleh mereka.
1. Kekuatan
Maksud kekuatan dalam analisis ini adalah faktor-fakor yang mendukung penyelenggaraan program, serta diakui eksistensinya oleh semua pihak (masyarakat). Contoh kekuatan-kekuatan yang ada pada program pendidikan luar sekolah antara lain dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat tanpa harus memenuhi persyaratan tertentu/ ketat, yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain, balai desa, gedung SD dan Puskesmas yang kosong, gedung milik Yayasan ataupun rumah-rumah penduduk. Penilik PLS dapat melakukan bimbingan kepada penyelenggara program PLS kapan saja tanpa terikat oleh jam kantor.
Maksud kekuatan dalam analisis ini adalah faktor-fakor yang mendukung penyelenggaraan program, serta diakui eksistensinya oleh semua pihak (masyarakat). Contoh kekuatan-kekuatan yang ada pada program pendidikan luar sekolah antara lain dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat tanpa harus memenuhi persyaratan tertentu/ ketat, yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain, balai desa, gedung SD dan Puskesmas yang kosong, gedung milik Yayasan ataupun rumah-rumah penduduk. Penilik PLS dapat melakukan bimbingan kepada penyelenggara program PLS kapan saja tanpa terikat oleh jam kantor.
2. Kelemahan
Maksud kelemahan dalam
analisis ini adalah permasalahan yang timbul dari penyelenggaraan program dan
hasilnya. Permasalahan merupakan kelemahan yang dapat berubah menjadi tantangan
kelancaran pelaksanaan tugas/ program. Sebagai contoh disebutkan bahwa maasih
banyak gedung-gedung yang ada , baik milik pemerintah maupun milik yayasan/
swasta belum semua termanfaatkan sebagai tempat belajar. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain: (a) rendahnya kesungguhan petugas
(penilik/tenaga TLD/ penyelenggara program) dalam mendekati pihak-pihak yang
memiliki gedung kosong, untuk dapat dimanfaatkan, (b) masyarakat belum memahami
secara baik dan benar tentang penting dan keuntungan, jika tempat belajar
program PLS.
3. Peluang
Maksud peluang dari analisis ini adalah hal-hal atau faktor-faktor dari luar program yang kalau dicermati dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi tumpuan harapan dimasa depan. Contoh hingga saat ini masih cukup banyak tenaga terdidik yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya; sehingga mereka masih menganggur dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pendidik (tutor/ fasilitator) dalam program-pogram PLS.
Maksud peluang dari analisis ini adalah hal-hal atau faktor-faktor dari luar program yang kalau dicermati dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi tumpuan harapan dimasa depan. Contoh hingga saat ini masih cukup banyak tenaga terdidik yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya; sehingga mereka masih menganggur dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pendidik (tutor/ fasilitator) dalam program-pogram PLS.
4. Tantangan
Maksud tantangan dalam analisis ini adalah hal-hal yang harus diatasi, direbut, diperbaiki dan ditingkatkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dalam usaha mencapai tujuan. Tantangan bukan penghambat, tetapi perangsang untuk mendorong perencana pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif dan dinamis. Tantangan dapat berubah menjadi peluang bagi perencana yang tidak berperilaku apatis, statis dan mudah puas.
Contoh tantangan, penyebaran pemukiman baik warga belajar maupun tenaga kependidikan, serta mobilitas warga belajar merupakan tantangan besar dalam pembentukan dan dalam mempertahankan kelangsungan kegiatan/ program PLS. Untuk itu, tantangan-tantangan yang dihadapi adalah (a) menempatkan kelompok belajar yang dapat terjangkau baik oleh warga belajar maupun tenaga kependidikan /tutor, dan (b) menemukan strategi-strategi untuk mempertahankan keutuhan kelompok minimal sampai mereka menyelesaikan satu program pembelajaran.
Maksud tantangan dalam analisis ini adalah hal-hal yang harus diatasi, direbut, diperbaiki dan ditingkatkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dalam usaha mencapai tujuan. Tantangan bukan penghambat, tetapi perangsang untuk mendorong perencana pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif dan dinamis. Tantangan dapat berubah menjadi peluang bagi perencana yang tidak berperilaku apatis, statis dan mudah puas.
Contoh tantangan, penyebaran pemukiman baik warga belajar maupun tenaga kependidikan, serta mobilitas warga belajar merupakan tantangan besar dalam pembentukan dan dalam mempertahankan kelangsungan kegiatan/ program PLS. Untuk itu, tantangan-tantangan yang dihadapi adalah (a) menempatkan kelompok belajar yang dapat terjangkau baik oleh warga belajar maupun tenaga kependidikan /tutor, dan (b) menemukan strategi-strategi untuk mempertahankan keutuhan kelompok minimal sampai mereka menyelesaikan satu program pembelajaran.
B.
Melakukan analisis swot
sekolah /madrasah
Analisis swot (strengths=kekuatan,
weakness=kelemahan, opportunity=peluang, threats=tantangan) merupakan suatu
metode analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan ekstrenal
organisasi. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan factor
eksternal berupa peluang dan ancaman. Penggunaan analisis SWOT dimaksudkan
untuk menentukan posisi sekolah/madrasah. Penjelasan singkat mengenai analisis
SWOT (strengths=kekuatan, weakness=kelemahan, opportunity=peluang,
threats=tantangan).[2]
Strengths-kekuatan merupakan kondisi
internal positif yang memberikan keuntungan. Kekuatan dalam lembaga
sekolah/madrasah dapat berupa kemampuan-kemampuan khusus atau spesifik, SDM
yang memadai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap dan lain-lain.
Weakness=kelemahan merupakan kondisi
internal negative yang dapat merendahkan penilaian terhadap sekolah/madrasah.
Kelemahan dapat berupa rendahnya SDM yang dimiliki, produk yang tidak
berkualitas, image yang tidak kuat, kepimimpinan yang buruk dan lain-lain.
Opportunity= peluang adalh kondisi masa
sekarang atau masa depan yang menguntungkan seekolah/madrasah. Opportunity
merupakan kondisi eksternal yang dapat memberikan peluang-peluang untuk
kemajuan lembaga, seperti adanya perubahan hukum, menurunnya pesaing, dan
meningkatnya jumlah siswa baru.
Threats= tantangan adalah kondisi eksternal
sekolah/madrasah, sekarang atau masa yang akan mendatang yang tidak
menguntungkan. Tantangan ini dapat berupa munculnya pesaing-pesaing baru,
menurunnya jumlah siswa dan lain-lain.
Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut,
hasil analisis kemudian di gunakan sebagai acuan untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan
peluang, secara bersamaan, berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi
ancaman. Analsis ini juga digunsksn dalam rangka menyususn rencana dan program
sekolah atau madrasah.
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah
dapat membantu pengalokasian sumber daya, seperti anggaran, saran prasarana,
sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan dan sebagainya yang
lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan
membuat matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan,
kelemahan,peluang, dan ancaman dalam penyelengaraan program sekolah, untuk
memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan
memanfaatkan peluang),strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat
dari peluang), strategi ST(menggunakan kekuatan dsn menghindari ancaman) strategi
WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).[3]
C.
Peran Analisis Swot
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Analisis SWOT secara sederhana dipahami
sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi,
serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT adalah perangkat
umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan
keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan.
Jika analisis swot digunakan, maka
dimungkinkan bagi sebuah sekolah untuk mendapatkan sebuah gambaran
menyeluruh mengenai situasi sekolah itu
dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya. Sedangkan pemahaman dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuahvisi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya. Sedangkan pemahaman dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuahvisi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
Beberapa
contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;
1. tenaga kependidikan dan staf adminstrasi
2. ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas
sarana prasarana
(lingkungan belajar).
3. siswa yang ada
4. anggaran operasional
5. program riset dan pengembangan iptek
6. organisasi atau dewan lainnya dalam
sekolah
Beberapa
contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan :
1. tempat kerja yang prospektif bagi
lulusan
2. orang tua dan keluarga siswa
3. lembaga pendidikan pesaing lainnya
4. sekolah /lembaga tinggi sebagai
persiapan lanjutan
5. demografi sosial dan ekonomi penduduk
6. badan-badan penyandang dana
Penafsiran kekuatan dan kelemahan dapat
dilakukan melalui survey, kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan
alumni, dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan
kekuatan tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-item
tersebut. Gambaran eksternal bersifat komplementer terhadap self-study
internal di dalam analisis SWOT. Pengaruh-pengaruh nasional dan
regional seperti masalah-masalah lokal dan negara adalah yang paling
penting dalam memutuskan program baru apa saja yang perlu ditambah atau
program yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau diganti.
Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses penganalisaannya
akan berkembang menjadi beberapa Subkomponen yang jumlahnya tergantung pada kondisi
organisasi. Sebenarnya masing-masing subkomponen adalah pengejawantahan dari
masing-masing komponen, seperti Komponen Strength mungkin memiliki 12
subkomponen, Komponen Weakness mungkin memiliki 8 subkomponen dan seterusnya.
D. Jenis-Jenis Analisi
SWOT
1. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan
W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa
dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap
kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti
setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness
(W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu
pasangan satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara
memberikan skor pada masing -masing subkomponen, dimana satu subkomponen
dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau
mengikuti lajur vertikal. Subkomponen
yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih
besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk
mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urutan dalam membuat Analisa SWOT
kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan
besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari
masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S
memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu
subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu,
Subkomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan
tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak
dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Subkomponen S
ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah.
Sebagai alat analisa,
analisis SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil
membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana
harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh
jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah
ditetapkan.
E.
ANALISIS
SWOT Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah UIN
SUKA Yogyakarta
Jurusan
PGMI adalah salah satu jurusan yang baru berdiri di fakultas Tarbiyah UIN SUKA Yogyakarta,
dalam prkembangan PGMI mengalami perkembangan yang cukup pesat, terbukti makin banyaknya minat dari lulusan sekolah
menengah ke atas untuk daftar di jurusan PGMI.Animo masyarakat terhadap PGMI
beralasan karena tengah di butuhkannya tenaga pengajar pada sekolah dasar yang
lulusannya disesuikan dengan bidangnya, yang dalam hal ini adalah bidang
keahlian guru pada sekolah dasar.
PGMI
sendiri dalam mengevaluasi sistemnya sama halnya dengan jurusan lain atau
lembaga lain. Baik mengevaluasi proses pembelajarannya, kurikulumnya,
kekuatannya, kelemahannya, dan lain sebagainya.Setelah kami wawancara dengan
pak ikhsan selaku ketua jurusan PGMI terkait dengan analisis SWOT yang kami
lakukan pada hari kamis 21 oktober 2010
menyimpulkan bahwa analisis SWOT pada PGMI adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan
·
Keunggulan
kualifikasi dosen yang mengajar setidaknya terlihat dari latar belakang dan
jabatan pendidikan akademiknya.
·
Terletak pada
proses pengembangan kompetensi mahasiswa yang selain sarata kegiatan perkuliahan
dan praktikum jugs diperkaya dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan
2. Kelemahan
·
Kualitas raw
input yang rendah
·
Ketergantungan
Dana pendidiksn pada SPP
3. Peluang
·
Membuka peluang
besar bagi dukungan masyarakat
·
UU SISDIKNAS No.
20 tahun 2003 yang menguatkan posisi dalam peran pendidikan agama pada setiap
jenis, jalur dan jenjang pendidikan
4. Ancaman
·
Melemahnya animo
dan motivasi masyarakat terhadap pendidikan agama
·
Makin
berkembangnya kemampuan dan agresifitas competition.
F. Permasalahan
Sebenarnya
permasalahan yang tengah dihadapi oleh PGMI adalah akreditasi yang masih kurang
jelas atau masih dalam proses dan kurangnya minat dari masayarakat hal ini
dikarenakan kurangnya promosi dan
pengenalan dari PGMI sendiri. Factor ini yang menyebabkan PGMI kurang dikenal oleh
masyarakat luas.
G. SOLUSI
1. Sebaiknya
PGMI berkerjasama dengan perguruan tinggai yang lain untuk mengakreditasi
jurusannya.
2. Mengadakan
sosialisai berupa promosi dari pihak PGMI kesekolah-sekolah, pembuatan pamflet,
TABEL
ANALISIS SWOT
|
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL (IFAS)
FAKTOR-FAKTOR
EKSTERNAL (EFAS)
|
STERNGHT (KEKUATAN )
1.
Jumlah dosen yang memadai.
2.
Keunggulan kualifikasi dosen
yang terliahat dan latar belakang akademiknya.
3.
Fasilitas memadai.
4.
Input yang tinggi.
5.
Adanya kurikulum tambahan.
6.
Proses pengembangan kompetensi
siswa meningkat.
|
Weakness
(kelemahan)
1.
Kualitas raw input yang rendah.
2.
Kurangnya anggaran operasional.
3.
Ketergantungan dengan spp.
4.
Akreditas masih rendah.
5.
Kurangnya ruang kelas.
6.
Kualitas out put rendah.
|
|
Opportunity
(peluang)
4
kesempatan cpns lebih besar.
2 . membuka peluang besar bagi
dukungan masyarakat.
3.
keunggulan fasilitas memberikan peluang untuk menarik minat.
4. peluang untuk menjadi guru professional
(spesifik) cukup tinggi.
5. di butuhkan oleh lembaga pendidikan
yang sesuai dengan lulusan.
6.UU sisdiknas no.20 tahun 2003 yang
menguatkan posisi dalam peran pendidikan agama pada tiap jenis,jalur dan
jenjang pendidikan.
|
Strategi SO
1
. mengadakan diklat bagi dosen.
2
. dosen memberikan motivasi untuk mahasiswa untuk menjadi PNS.
3
. adanya pelatihan micro teaching untuk menjadi guru professional.
4
. menyesuaikan kurikulum yang ada dengan lembaga pendidikan yang membutuhkan
outpout PGMI.
5
. menambah, merawat, dan
memanfaatkan semua fasilitas untuk menarik minat.
|
Strategi
WO
1
. meningkatkan akreditasi untuk meningkat mutu.
2
. memperbaiki kualitas outpout agar dapat mengajar berbagai bidang pelajaran
(SD/MI).
3
. meningkatankan kualitas dari system sehingga menghasilkan outpout (tenaga
pendidik) yang professional.
4
. menjalin kerjasama dengan instansi yang ada di masyarakat.
5.
Meningkatkan kompetensi
mahasiswa pda pendidikan agamanya.
|
|
Treasts
(ancaman)
1. melemahnya
animo dan motivasi masyarakat pada
pendidikan agama
2. jumlah MIN
(madrasah ibtidaiyah negeri) sangat terbatas.
3. makin berkembangnya kemampuan dan
agresifitas kompetensi.
4. makin
kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai.
5. rendahnya
akreditasi membuat masyarakat kurang percaya.
|
Strategi ST
1.
mendaya gunakan sdm, fasilitas
yang ada secara maksimal. Untuk menghasilkan outpout yang berkulitas.
2.
adanya keunggulan dosen
fasilitas tercukupi, dan kurikulum yang terinovasi dapat meninggkatan
penilaian masyrakat terhadap PGMI.
3.
sosialisasi dan melakukan
promosi.
4.
dosen mengadakan pengabdian pada
masyrakat.
5.
mengadakan KKN intergratif.
|
Strategi WT
1
. mencari donator.
2
. meningkatkan kualitas proses dan system.
3
. melakukan studi banding.
4
. meningkatkan kualitas dosen, mahasiswa,output agar tercipta akreditasi yang
baik (A)/ sebagi pandangan awal masyarakat terhadap PGMI maju lebih baik.
5.
meningkatkan akreditas yang baik dan meningkatkan tenaga pendidikan baik
secara kualitas maupun kuantitas.
6
. menambah ruang kelas yang memadai proses pembelajaran.
|
BAB III
PENUTUP
Analisis
swot (strengths=kekuatan, weakness=kelemahan, opportunity=peluang,
threats=tantangan) merupakan suatu metode analisis untuk mengidentifikasi
factor-faktor internal dan ekstrenal organisasi. Factor internal berupa
kukuatan dan kelemahan sedangkan factor eksternal berupa peluang dan ancaman.
Penggunaan analisis SWOT dimaksudkan untuk menentukan posisi sekilah/madrasah.
Penjelasan singkat mengenai analisis SWOT (strengths=kekuatan,
weakness=kelemahan, opportunity=peluang, threats=tantangan).
Analisis
SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya,
seperti anggaran, saran prasarana, sumber daya manusia, fasilitas sekolah,
potensi lingkungan dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT dalam
program sekolah dapat dilakukan dengan membuat matrik SWOT, matrik ini terdiri
dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan,peluang, dan ancaman dalam
penyelengaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan
strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang),strategi WO
(memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi
ST(menggunakan kekuatan dsn menghindari ancaman) strategi WT (mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman).
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat
Ara dan Imam Machali. 2010. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Pustaka
Educa.
Sagala Syaiful.
2007. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sufyarma.
2004. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
[1]
Dr.H. sufyarma m,.m.pd. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan,(Bandung:
Alfabeta, 2004), hal.174.
[2]
Drs. Ara Hidayat, M. Pd dan Imam Machali, M.Pd. Pengelola pendidikan,
(Bandung: Pustaka Educa, 2010), hal. 120.
[3]
Dr.H. Syaiful Sagala, M.pd. Manajemen Strategic dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2007). Hal. 140.
Komentar
Posting Komentar