dimensi shalat berjama'ah
DIMENSI SHALAT
BERJAMA’AH
Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi islam
Dosen pengampu : Dra.
Nadlifah.

Disusun oleh
MANHIATUN NI’MAH
08470141
JURUSAN KEPENDIDIKAN
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2011
PEMBAHASAN
A. SHALAT
BERJAMAAH
1.
Pengertian shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah salat yang
dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di
depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum.Shalat berjamaah
minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak
orang yang ikut solat berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat
berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri. Oleh
sebab itu kita diharapkan lebih mengutamakan shalat berjamaah daripada solat
sendirian saja
2.
Hukum shalat berjamaah
Shalat berjama'ah hukumnya adalah
sunat muakkad, yakni sunah yang sangat penting untuk dikerjakan karena memiliki
nilai yang jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan solat munfarid /
seorang diri.
Sebelum memulai shalat bersama-sama
hendaknya / sebaiknya dilakukan azan / adzan sebagai pemberitahuan yang
mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut sholat berjamaah bersama. Jika
telah berkumpul di dalam masjid, mushalla, langgar, surau, ruangan, kamar, dan
lain sebagainya maka salah satu hendaknya melakukan qamat / qomat sebagai
ajakan untuk melakukan / memulai shalat.
3.
Keutamaan shalat berjamaah
… صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ
بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Hadis riwayat Ibnu Umar radhiyAllahu
‘anhu: ia berkata: Bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam
bersabda: “Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari salat
sendiri.” (HR. Imam Muslim).
a.
Hati
yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala
Pada Hari Kiamat
Shalat adalah rukun Islam kedua dan
merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan
ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki
waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah
kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan) waktunya.” (QS.
An-Nisa:103)
Jagalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan
berdirilah untuk Allah dalam keadaan khusyu’.” (QS.
Al-Baqarah:238)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Islam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah
yg berhak di sembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan
mendirikan shalat…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh telah
banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan
shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu
shalat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan
mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah berfirman:
“Maka
datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang
menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan
menemui (akibat) kesesatannya.” (QS. Maryam:59)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat.
(Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al
Ma’un:4-5)
Dan hendaknya
orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda,
‘Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik
dan kafir adalah meninggalkan shalat’.” (HR. Muslim)
Pada hadits
Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat,
barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR.
Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).
Sesungguhnya
shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat,
berarti ia bermunajat (berbicara) kepada Tuhannya.”
(HR. Bukhari).
Dalam hadits
qudsy, Allah Ta’ala berfirman:
“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua
bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta (akan diberikan). Maka jika hambaku
mengucapkan:
‘Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka
Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’. Jika ia mengucapkan:
‘Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika ia
mengucapkan:
‘Yang
menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia
mengucapkan:
‘Hanya Engkau
yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah menjawab:
‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia
membaca:
‘Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat , bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah
menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)
Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk
melakukan shalat berjama’ah. Bahkan begitu pentingnya shalat berjama’ah
sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pada
zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya. Bukahkah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya
untuk menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu
bakar yang kemudian akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak
menghadiri shalat berjama’ah?.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga pernah
bersabda:
“Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada shalat baginya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)
Berkata Ibnu
Mas’ud radhiallahu anhu:
“Barangsiapa
yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga
shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah
Ta’ala menggariskan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah).
Seandainya kalian shalat dirumah, seperti orang yang terlambat ini shalat
dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian
meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang
laki-laki bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara
masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah menuliskan baginya satu kebaikan untuk
setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula dengannya satu derajat dan
dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui, tak
seorangpun meninggalkannya (shalat berjama’ah) kecuali orang munafik yang nyata
kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa
datang (ke masjid) dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam
shaf.” (HR. Muslim)
Melaksanakan
shalat berjama’ah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan
terbesar dan juga syi’ar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang
menisbatkan diri kepada Islam meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa
karena beberapa faktor, antara lain:
a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Ta’ala berupa
ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjama’ah
atau mereka tidak menghayati dan tidak mengingatnya.
b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjama’ah atau pura-pura tidak
mengetahuinya.
Oleh karena
itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjama’ah
dimasjid.
B. DIMENSI
PSIKOLOGIS SHALAT BERJAMAAH
SHALAT berjamaah dalam Islam sangat
ditekankan. Prof.Dr.TM.Hasbi Ash Shiddieqy (1983) dalam bukunya yang berjudul Pedoman Shalat mengutip beberapa hadist Nabi Muhammad SAW
mengenai keutamaan shalat berjamaah dan juga ancaman bagi mereka yang enggan
mendatangi shalat berjamaah, antara lain:
“Barang siapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya
kemudian pergi shalat fardhu lalu mengerjakan shalat itu beserta imam
(berjamaah), maka ia akan diampuni dosanya.” (HR.Ibnu Khuzaimah dari Utsman).
“Shalat berjamaah itu lebih utama dari
shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR.Malik dan Muslim dari Ibnu Umar).
“Barang siapa bershalat shubuh di dalam
jamaah, maka ia telah dalam tanggungan Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Samurah Ibnu Jundud).
“Barang siapa mendengar seruan (adzan),
dan tidak ia memenuhinya, maka tidak ada shalat baginya.” (HR.Ibnu Mundzier dari Ibnu Abbas).
Hadist-hadist diatas mengisyaratkan kepada
umat Islam bahwa shalat berjamaah sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilihat dari
dua sisi. Pertama, di lihat dari pahala yang akan diberikan
kepada mereka yang menjalankan ibadah berjamaah, misalnya akan diampuni
dosanya, dilipatgandakan atau dikalikan 27 kali dan juga bagi mereka yang
berjamaah maka dirinya dibawah tanggungan Allah SWT. Kedua, menekankan ancaman bagi mereka yang tidak mau berjamaah, terlihat pad
hadist diatas Nabi akan”
membakar” rumah bersama-sama dengan para penghuninya bagi mereka yang tidak mau
mengerjakan atau menghadiri shalat berjamaah. Hal ini tentunya bukan secara harfiah akan
membakar, namun memberikan penekanan betapa pentingnya shalat berjamaah.
Disamping mempunyai pahala yang besar,
shalat berjamaah ternyata menurut Haryanto (1993;1994), mempunyai dimensi
psikologis tersendiri, antara lain: aspek demokratis, rasa diperhatikan dan
berarti kebersamaan, tidak adanya jarak personal, pengalihan perhatian (terapi
lingkungan) dan interdependensi (lihat Ancok, 1985; 1989; 1992; Arif;1985).
1. Aspek
demokratis
Aspek psikologis pertama shalat berjamaah
adalah aspek demokratis. Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas yang
melingkupi shalat berjamaah itu sendiri, antara lain:
a. Memukul kentongan atau bedug
Di masjid, langgar, surau,
atau musholah terutama di pedesaan dan sebagian di perkotaan ada
kentongan atau bedug sebagai tanda memasuki waktu shalat. Dalam hal ini siapa
saja boleh memukul kentongan atau bedug tersebut, tentunya harus mengerti
aturan atau kesepakatan di daerah tersebut. Ini berarti Islam sudah menerapkan
bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut
kemanusiaan. Konon tanda ini diciptakan oleh Sunan Kali Jogo salah seorang wali
sanga (sembilan) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa syarat dengan
simbul-simbul. Menurut orang jawa bunyi kentongan adalah “thong…thong…thong…” artinya masjidnya masih kothong (kosong),
kemudian disilahkan masuk dengan bunyi bedug, yaitu”bleng…bleng…bleng…”. Dalam bahasa Jawa ada kata untuk meyangatkan,
misalnya: masuk “(mlebu…bleng…)”, lari (mlayu…jranthal), dan sebagainya.
b. Mengumandangkan adzan
Adzan merupakan tanda waktu shalat dan harus
dikumandangkan oleh “tukang adzan” (bang atau muadzin). Siapa yang
mengumandangkan adzan tidak dipersoalkan
oleh Islam
karena pada prinsipnya siapa saja boleh. Namun, perlu diingat bahwa adzan
adalah bagian dari syiar Islam, sehingga memang benar-benar orang yang mengerti
dan diharapkan mempunyai suara yang bagus (lafal, ucapannya baik dan benar)
syukur mempunyai “nafas” yang panjang, sehingga pada saat adzan tidak terputus
ditengah jalan. Nabi Muhammad SAW sendiri memilih Bilal manta budak yang hitam
legam kemudian masuk Islam sebagai “bang (tukang adzan) karena kuat suara dan
fasih lafalnya”. Pengangkatan Bilal sebagai “bang” ini juga sudah merupakan
suatu revolusi yang sangat luar biasa, karena pada saat itu yang namanya budak
sudah tidak dihargai lagi harkat dan martabat kemanusiaan. Isalam justru datang
untuk memerdekakan budak (Bilal) kemudian memperoleh kehormatan menjadi orang
yang menyeru kepada kebaikan. Sayang saat ini banyak yang tidak memahami fungsi
adzan ini, misalnya banyak muazin anak-anak atau para manula/lanjut usia.
Sehingga suaranya tidak bagus, lafalnya tidak pas (fasih) dan bahkan sering
terputus (tidak kuat) di tengah jalan.
c. Melantunkan iqomat
Kalau adzan adalah tanda waktu
memasuki shalat, maka iqomat adalah sebagai tanda bahwa shalat (berjamaah) akan
segera dimulai. Ibaratnta dalam militer, maka iqamat ini adalah “aba-aba”
pasukan akan diberangkatkan. Sepertihalnya memukul bedug dan adzan, maka iqamat
ini juga dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan tidak harus yang tadi beradzan.
Para jamaah tidak boleh atau bisa menghentikan seseorang untuk iqamat
dikarenakan ada teman atau “bosnya” belum datang. Diharapkan jarak antara adzan
dan iqamat tidak terlalu lama hal ini sekaligus pula menggambarkan masalah
kedisiplinana dan penghargaan terhadap waktu.
d. Pemilihan/pengisian “ barisan/shaf”
Pada saat seseorang masuk ke
Masjid maka siapa saja tidak pandang bulu, apakah ia seorang mahasiswa, dosen,
guru besar atau karyawan; apakah ia guru atau murid; apakah ia kopral/jendral;
apakah ia presiden/pesinden; apakah dia mentri/mantri; apakah ia seorang
konglomerat/gembel, atau atribut yang lain. Siapa pun ia memperoleh hak di
depan atau shaf pertama atau dengan kata lain siapa yang datang dahulu maka
boleh menempati tempat yang paling “ terhormat “ yaitu di depan
e. Proses pemiliha imam
Shalat berjamaah harus da yang
menjadi imam dan makmum, meski itu hanya berdua. Apabila diperhatikan maka
seolah-olah ada suatu musyawarah untu memilih imam (pemimpin) dalam shalat yang
dilakukan di masjid, langgar, surau/musholah
2. Rasa
diperhatikan dan berarti
3. Rasa
kebersamaan
4. Tidak
ada jarak personal
5. Terapi
lingkungan
6. Pengalihan
perhatian .
7. Melatih
saling ketergantungan
C. MANFAAT
SHLAT BERJAMAAH
Sering kali
kita lalai untuk bersegera melakukan kebaikan karena tidak mengetahui manfaat
dari kebaikan yang kita lakukan. So, saya ingin berbagi sedikit tentang manfaat
shalat berjama’ah (terutama di masjid buat yang merasa cowok, pria atawa
ikhwan) supaya kita semua pada semangat untuk melakukan amalan yang satu ini.
Check this out!
1. Bentuk Kepatuhan Terhadap Perintah Allah dan Rasul-Nya.
”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orag-orang yang rukuk” (Al-Baqarah : 43).
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat tersebut dengan keterangan, ’hendaklah bersama orang-orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik, dan yang paling utama dan sempurnakanlah semua itu dengan shalat’.
2. Sebagai Bukti Keimanan
”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah : 18)
3. Sarana Menjaga Diri Dari Gangguan Syetan
”Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana shalat berjama’ah, melainkan telah nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh syetan. Karena itu jagalah shalat berjama’ah, sebab hanya kambing yang terpencil dari kawanannya sajalah yang dapat dimakan oleh serigala”. (HR. An Nasa’i)
4. Menjauhkan Diri Dari Sifat Orang Munafik
Di antara sifat orang munafik adalah mereka bermalas-malasan dalam shalat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat An Nisa ayat 142.
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali”.
”Tidaklah ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi (beratnya) shalat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjama’ah) meskipun dengan merangkak” (Mutafaqun ’Alaih).
5. Menjadi Sebab Diampuni Dosanya oleh Allah
”Jika imam mengucapkan ”ghoiril maghdhubi ’alaihim waladhallin” (bukan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula oranng-orang yang tersesat) maka ucapkanlah ”amin”, karena sesungguhnya siapa yang ucapan (aminnya) bersamaan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Mutafaqun ’Alaih).
”Jika imam mengucapkan ”sami’allahu liman hamidah” (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) maka ucapkanlah ”Allahumma rabbana lakal hamdu” (Ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji), karena sesungguhnya siapa yang ucapannya bersamaan ucapan malaikat, niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Mutafaqun ’Alaih).
”Siapa yang berwudhu untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, lalu berjalan (untuk menunaikan shalat wajib, dan ia shalat bersama manusia atau bersama jama’ah atau di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya” (HR. Muslim).
6. Berada Dalam Jaminan Allah
”Siapa yang shalat Shubuh secara berjama’ah maka ia berada dalam jaminan Allah”.
7. Mendapatkan naungan Allah di Hari Kiamat
”Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaunginya pada hari kiamat di mana tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. ... seseorang yang hatinya senantiasa bergantung dengan masjid” (HR. Muslim).
8. Bebas Dari Neraka dan Sifat Munafik
”Siapa yang melakukan shalat berjama’ah selama 40 hari, dan ia mendapatkan takbir pertama, niscaya dituliskan untuknya dua pembebasan, bebas (selamat) dari neraka dan selamat dari nifak”.
9. Selamat Dari Kelalaian
”Sungguh beberapa kaum benar-benar akan menghentikan (kebiasaannya) meninggalkan shalat berjama’ah atau Allah benar-benar akan mengunci mati hati mereka lalu mereka benar-benar termasuk orang yang lalai” (HR. Ibnu Majah).
1. Bentuk Kepatuhan Terhadap Perintah Allah dan Rasul-Nya.
”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orag-orang yang rukuk” (Al-Baqarah : 43).
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat tersebut dengan keterangan, ’hendaklah bersama orang-orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik, dan yang paling utama dan sempurnakanlah semua itu dengan shalat’.
2. Sebagai Bukti Keimanan
”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah : 18)
3. Sarana Menjaga Diri Dari Gangguan Syetan
”Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana shalat berjama’ah, melainkan telah nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh syetan. Karena itu jagalah shalat berjama’ah, sebab hanya kambing yang terpencil dari kawanannya sajalah yang dapat dimakan oleh serigala”. (HR. An Nasa’i)
4. Menjauhkan Diri Dari Sifat Orang Munafik
Di antara sifat orang munafik adalah mereka bermalas-malasan dalam shalat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat An Nisa ayat 142.
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali”.
”Tidaklah ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi (beratnya) shalat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjama’ah) meskipun dengan merangkak” (Mutafaqun ’Alaih).
5. Menjadi Sebab Diampuni Dosanya oleh Allah
”Jika imam mengucapkan ”ghoiril maghdhubi ’alaihim waladhallin” (bukan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula oranng-orang yang tersesat) maka ucapkanlah ”amin”, karena sesungguhnya siapa yang ucapan (aminnya) bersamaan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Mutafaqun ’Alaih).
”Jika imam mengucapkan ”sami’allahu liman hamidah” (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) maka ucapkanlah ”Allahumma rabbana lakal hamdu” (Ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji), karena sesungguhnya siapa yang ucapannya bersamaan ucapan malaikat, niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Mutafaqun ’Alaih).
”Siapa yang berwudhu untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, lalu berjalan (untuk menunaikan shalat wajib, dan ia shalat bersama manusia atau bersama jama’ah atau di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya” (HR. Muslim).
6. Berada Dalam Jaminan Allah
”Siapa yang shalat Shubuh secara berjama’ah maka ia berada dalam jaminan Allah”.
7. Mendapatkan naungan Allah di Hari Kiamat
”Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaunginya pada hari kiamat di mana tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. ... seseorang yang hatinya senantiasa bergantung dengan masjid” (HR. Muslim).
8. Bebas Dari Neraka dan Sifat Munafik
”Siapa yang melakukan shalat berjama’ah selama 40 hari, dan ia mendapatkan takbir pertama, niscaya dituliskan untuknya dua pembebasan, bebas (selamat) dari neraka dan selamat dari nifak”.
9. Selamat Dari Kelalaian
”Sungguh beberapa kaum benar-benar akan menghentikan (kebiasaannya) meninggalkan shalat berjama’ah atau Allah benar-benar akan mengunci mati hati mereka lalu mereka benar-benar termasuk orang yang lalai” (HR. Ibnu Majah).
10. Sebagai Media Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan)
Berlomba-lomba dalam kebaikan, amal sholeh, yang telah diperintahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman;
”Dan yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Muthaffifin : 26).
Sumber:”The Power Of Shalat Jama’ah”; Abdullah Khoir, Insan Media.



Komentar
Posting Komentar