dimensi shalat berjama'ah



DIMENSI SHALAT BERJAMA’AH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi islam
Dosen pengampu : Dra. Nadlifah.


Disusun oleh
MANHIATUN NI’MAH
08470141


JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2011


PEMBAHASAN
A.  SHALAT BERJAMAAH
1.         Pengertian shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum.Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri. Oleh sebab itu kita diharapkan lebih mengutamakan shalat berjamaah daripada solat sendirian saja
2.         Hukum shalat berjamaah
Shalat berjama'ah hukumnya adalah sunat muakkad, yakni sunah yang sangat penting untuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan solat munfarid / seorang diri.
Sebelum memulai shalat bersama-sama hendaknya / sebaiknya dilakukan azan / adzan sebagai pemberitahuan yang mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut sholat berjamaah bersama. Jika telah berkumpul di dalam masjid, mushalla, langgar, surau, ruangan, kamar, dan lain sebagainya maka salah satu hendaknya melakukan qamat / qomat sebagai ajakan untuk melakukan / memulai shalat.
3.         Keutamaan shalat berjamaah
… صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Hadis riwayat Ibnu Umar radhiyAllahu ‘anhu: ia berkata: Bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari salat sendiri.” (HR. Imam Muslim).
a.    Hati yang Bergantung di Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada Hari Kiamat


Shalat adalah rukun Islam kedua dan merupakan rukun Islam yang amat penting setelah syahadatain. Shalat merupakan ibadah yang harus ditunaikan dalam waktunya yang terbatas (shalat memiliki waktu-waktu tertentu) dan Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaganya. Allah Ta’ala berfirman:
1.jpg
Sesungguhnya shalat bagi orang mukmin ialah kewajiban yang tertentu (telah ditetapkan) waktunya.(QS. An-Nisa:103)
   2.jpg
Jagalah shalat-shalat(mu) dan shalat wustha, dan berdirilah untuk Allah dalam keadaan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah:238)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
pic13.jpg
Islam dibangun diatas lima perkara: syahadat bahwasanya tidak ada ilah yg berhak di sembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan shalat…(HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh telah banyak kaum muslimin yang meninggalkan shalat, baik itu yang tidak mendirikan shalat sama sekali ataupun menyia-nyiakan shalat dengan mengakhirkan waktu shalat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang meremehkan dan mengakhirkan shalat dari waktunya. Allah berfirman:
4.jpg
Maka datanglah sesudah mereka (sesudah orang-orang pilihan Allah) pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui (akibat) kesesatannya.” (QS. Maryam:59)
5.jpg
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) mereka yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un:4-5)
Dan hendaknya orang-orang yang masih mempunyai iman di hatinya takut akan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Dari Jabir radhiallah anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
6.jpg
Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kafir adalah meninggalkan shalat’.” (HR. Muslim)
Pada hadits Buraidah radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
       7.jpg
Perjanjian antara kita dengan mereka ialah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir.” (HR. Ahmad dan Ahlus sunan mengeluarkannya dg sanad shahih).
Sesungguhnya shalat adalah penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
8.jpg
Sesungguhnya seseorang dari kamu jika sedang shalat, berarti ia bermunajat (berbicara) kepada Tuhannya.” (HR. Bukhari).


Dalam hadits qudsy, Allah Ta’ala berfirman:
Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku dalam dua bagian. Bagi hamba-Ku apa yang ia minta (akan diberikan). Maka jika hambaku mengucapkan:
9.jpg
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam’, Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku memuji-Ku’. Jika ia mengucapkan:
10.jpg
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah menjawab:’Hambaku menyanjung-Ku’. Jika ia mengucapkan:
11.jpg
Yang menguasai hari pembalasan’, Allah menjawab:’Hamba-Ku mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan:
12.jpg
Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya Engkau yang kami mohon pertolongan’, Allah menjawab: ‘Ini bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.’ Apabila ia membaca:
13.jpg
Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat , bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat.’ Maka Allah menjawab:’Ini bagian hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.’” (HR.Muslim)
Termasuk perkara yang menghiasi shalat adalah perintah untuk melakukan shalat berjama’ah. Bahkan begitu pentingnya shalat berjama’ah sampai-sampai mulai zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pada zaman para imam madzhab, mereka semua sangat memperhatikannya. Bukahkah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sampai pernah mengucapkan keinginannya untuk menyuruh seseorang mengimami orang-orang, dan yang lainnya mencari kayu bakar yang kemudian akan digunakan untuk membakar rumah-rumah orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah?.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam juga pernah bersabda:
14.jpg
Barangsiapa yang mendengar adzan, lalu ia tidak mendatanginya (ke masjid), maka tidak ada shalat baginya.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini shahih)
Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu:
Barangsiapa yang suka bertemu Allah kelak sebagai seorang muslim, maka hendaknya ia menjaga shalat-shalatnya, dengan shalat-shalat itu ia dipanggil. sesungguhnya Allah Ta’ala menggariskan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk (sunnah-sunnah). Seandainya kalian shalat dirumah, seperti orang yang terlambat ini shalat dirumahnya, niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian tersesat. Dan tidaklah seorang laki-laki bersuci dengan sempurna lalu sengaja ke masjid di antara masjid-masjid (yang ada) kecuali Allah menuliskan baginya satu kebaikan untuk setiap langkah yang ia ayunkan dan mengangkat pula dengannya satu derajat dan dengannya pula dihapus satu dosa. Sebagaimana yang kalian ketahui, tak seorangpun meninggalkannya (shalat berjama’ah) kecuali orang munafik yang nyata kemunafikannya. Dan sungguh orang (yang berhalangan) pada masa itu, dibawa datang (ke masjid) dengan dipapah oleh dua orang lalu diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim)
Melaksanakan shalat berjama’ah juga merupakan ibadah yang paling ditekankan, ketaatan terbesar dan juga syi’ar Islam yang paling agung, tetapi banyak kalangan yang menisbatkan diri kepada Islam meremehkan hal ini. Sikap meremehkan ini bisa karena beberapa faktor, antara lain:
a. Mereka tidak mengetahui apa yang disiapkan oleh Allah Ta’ala berupa ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah bagi orang yang shalat berjama’ah atau mereka tidak menghayati dan tidak mengingatnya.
b. Mereka tidak mengetahui hukum shalat berjama’ah atau pura-pura tidak mengetahuinya.
Oleh karena itulah, dibawah ini akan saya sampaikan keutamaan-keutamaan shalat berjama’ah dimasjid.
B.  DIMENSI PSIKOLOGIS SHALAT BERJAMAAH
SHALAT berjamaah dalam Islam sangat ditekankan. Prof.Dr.TM.Hasbi Ash Shiddieqy (1983) dalam bukunya yang berjudul Pedoman Shalat mengutip beberapa hadist Nabi Muhammad SAW mengenai keutamaan shalat berjamaah dan juga ancaman bagi mereka yang enggan mendatangi shalat berjamaah, antara lain:
Barang siapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian pergi shalat fardhu lalu mengerjakan shalat itu beserta imam (berjamaah), maka ia akan diampuni dosanya.” (HR.Ibnu Khuzaimah dari Utsman).
“Shalat berjamaah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR.Malik dan Muslim dari Ibnu Umar).
“Barang siapa bershalat shubuh di dalam jamaah, maka ia telah dalam tanggungan Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Samurah Ibnu Jundud).
“Barang siapa mendengar seruan (adzan), dan tidak ia memenuhinya, maka tidak ada shalat baginya.” (HR.Ibnu Mundzier dari Ibnu Abbas).
Hadist-hadist diatas mengisyaratkan kepada umat Islam bahwa shalat berjamaah sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, di lihat dari pahala yang akan diberikan kepada mereka yang menjalankan ibadah berjamaah, misalnya akan diampuni dosanya, dilipatgandakan atau dikalikan 27 kali dan juga bagi mereka yang berjamaah maka dirinya dibawah tanggungan Allah SWT. Kedua, menekankan ancaman bagi mereka yang tidak mau berjamaah, terlihat pad hadist diatas Nabi akan” membakar” rumah bersama-sama dengan para penghuninya bagi mereka yang tidak mau mengerjakan atau menghadiri shalat berjamaah. Hal ini tentunya bukan secara harfiah akan membakar, namun memberikan penekanan betapa pentingnya shalat berjamaah.
Disamping mempunyai pahala yang besar, shalat berjamaah ternyata menurut Haryanto (1993;1994), mempunyai dimensi psikologis tersendiri, antara lain: aspek demokratis, rasa diperhatikan dan berarti kebersamaan, tidak adanya jarak personal, pengalihan perhatian (terapi lingkungan) dan interdependensi (lihat Ancok, 1985; 1989; 1992; Arif;1985).
1.    Aspek demokratis
Aspek psikologis pertama shalat berjamaah adalah aspek demokratis. Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas yang melingkupi shalat berjamaah itu sendiri, antara lain:
a.     Memukul kentongan atau bedug
Di masjid, langgar, surau, atau musholah terutama di pedesaan dan sebagian di perkotaan ada kentongan atau bedug sebagai tanda memasuki waktu shalat. Dalam hal ini siapa saja boleh memukul kentongan atau bedug tersebut, tentunya harus mengerti aturan atau kesepakatan di daerah tersebut. Ini berarti Islam sudah menerapkan bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut kemanusiaan. Konon tanda ini diciptakan oleh Sunan Kali Jogo salah seorang wali sanga (sembilan) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa syarat dengan simbul-simbul. Menurut orang jawa bunyi kentongan adalah “thong…thong…thong…” artinya masjidnya masih kothong (kosong), kemudian disilahkan masuk dengan bunyi bedug, yaitu”bleng…bleng…bleng…”. Dalam bahasa Jawa ada kata untuk meyangatkan, misalnya: masuk “(mlebu…bleng…)”, lari (mlayu…jranthal), dan sebagainya.
b.    Mengumandangkan adzan
Adzan merupakan tanda waktu shalat dan harus dikumandangkan oleh “tukang adzan” (bang atau muadzin). Siapa yang mengumandangkan adzan tidak dipersoalkan
oleh Islam karena pada prinsipnya siapa saja boleh. Namun, perlu diingat bahwa adzan adalah bagian dari syiar Islam, sehingga memang benar-benar orang yang mengerti dan diharapkan mempunyai suara yang bagus (lafal, ucapannya baik dan benar) syukur mempunyai “nafas” yang panjang, sehingga pada saat adzan tidak terputus ditengah jalan. Nabi Muhammad SAW sendiri memilih Bilal manta budak yang hitam legam kemudian masuk Islam sebagai “bang (tukang adzan) karena kuat suara dan fasih lafalnya”. Pengangkatan Bilal sebagai “bang” ini juga sudah merupakan suatu revolusi yang sangat luar biasa, karena pada saat itu yang namanya budak sudah tidak dihargai lagi harkat dan martabat kemanusiaan. Isalam justru datang untuk memerdekakan budak (Bilal) kemudian memperoleh kehormatan menjadi orang yang menyeru kepada kebaikan. Sayang saat ini banyak yang tidak memahami fungsi adzan ini, misalnya banyak muazin anak-anak atau para manula/lanjut usia. Sehingga suaranya tidak bagus, lafalnya tidak pas (fasih) dan bahkan sering terputus (tidak kuat) di tengah jalan.
c.    Melantunkan iqomat
Kalau adzan adalah tanda waktu memasuki shalat, maka iqomat adalah sebagai tanda bahwa shalat (berjamaah) akan segera dimulai. Ibaratnta dalam militer, maka iqamat ini adalah “aba-aba” pasukan akan diberangkatkan. Sepertihalnya memukul bedug dan adzan, maka iqamat ini juga dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan tidak harus yang tadi beradzan. Para jamaah tidak boleh atau bisa menghentikan seseorang untuk iqamat dikarenakan ada teman atau “bosnya” belum datang. Diharapkan jarak antara adzan dan iqamat tidak terlalu lama hal ini sekaligus pula menggambarkan masalah kedisiplinana dan penghargaan terhadap waktu.
d.   Pemilihan/pengisian “ barisan/shaf”
Pada saat seseorang masuk ke Masjid maka siapa saja tidak pandang bulu, apakah ia seorang mahasiswa, dosen, guru besar atau karyawan; apakah ia guru atau murid; apakah ia kopral/jendral; apakah ia presiden/pesinden; apakah dia mentri/mantri; apakah ia seorang konglomerat/gembel, atau atribut yang lain. Siapa pun ia memperoleh hak di depan atau shaf pertama atau dengan kata lain siapa yang datang dahulu maka boleh menempati tempat yang paling “ terhormat “ yaitu di depan
e.    Proses pemiliha imam
Shalat berjamaah harus da yang menjadi imam dan makmum, meski itu hanya berdua. Apabila diperhatikan maka seolah-olah ada suatu musyawarah untu memilih imam (pemimpin) dalam shalat yang dilakukan di masjid, langgar, surau/musholah
2.    Rasa diperhatikan dan berarti

3.    Rasa kebersamaan
4.    Tidak ada jarak personal
5.    Terapi lingkungan
6.    Pengalihan perhatian .
7.    Melatih saling ketergantungan
C.  MANFAAT SHLAT BERJAMAAH
Sering kali kita lalai untuk bersegera melakukan kebaikan karena tidak mengetahui manfaat dari kebaikan yang kita lakukan. So, saya ingin berbagi sedikit tentang manfaat shalat berjama’ah (terutama di masjid buat yang merasa cowok, pria atawa ikhwan) supaya kita semua pada semangat untuk melakukan amalan yang satu ini. Check this out!
1. Bentuk Kepatuhan Terhadap Perintah Allah dan Rasul-Nya.
”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orag-orang yang rukuk” (Al-Baqarah : 43).
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat tersebut dengan keterangan, ’hendaklah bersama orang-orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik, dan yang paling utama dan sempurnakanlah semua itu dengan shalat’.
2. Sebagai Bukti Keimanan
”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (At-Taubah : 18)
3. Sarana Menjaga Diri Dari Gangguan Syetan
”Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak diadakan di sana shalat berjama’ah, melainkan telah nyatalah bahwa mereka telah dipengaruhi oleh syetan. Karena itu jagalah shalat berjama’ah, sebab hanya kambing yang terpencil dari kawanannya sajalah yang dapat dimakan oleh serigala”. (HR. An Nasa’i)
4. Menjauhkan Diri Dari Sifat Orang Munafik
Di antara sifat orang munafik adalah mereka bermalas-malasan dalam shalat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat An Nisa ayat 142.
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali”.
”Tidaklah ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi (beratnya) shalat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjama’ah) meskipun dengan merangkak” (Mutafaqun ’Alaih).
5. Menjadi Sebab Diampuni Dosanya oleh Allah
”Jika imam mengucapkan ”ghoiril maghdhubi ’alaihim waladhallin” (bukan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula oranng-orang yang tersesat) maka ucapkanlah ”amin”, karena sesungguhnya siapa yang ucapan (aminnya) bersamaan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu” (HR.Mutafaqun ’Alaih).
”Jika imam mengucapkan ”sami’allahu liman hamidah” (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) maka ucapkanlah ”Allahumma rabbana lakal hamdu” (Ya Rabb kami, bagi-Mu segala puji), karena sesungguhnya siapa yang ucapannya bersamaan ucapan malaikat, niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Mutafaqun ’Alaih).
”Siapa yang berwudhu untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, lalu berjalan (untuk menunaikan shalat wajib, dan ia shalat bersama manusia atau bersama jama’ah atau di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya” (HR. Muslim).
6. Berada Dalam Jaminan Allah
”Siapa yang shalat Shubuh secara berjama’ah maka ia berada dalam jaminan Allah”.
7. Mendapatkan naungan Allah di Hari Kiamat
”Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaunginya pada hari kiamat di mana tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya. ... seseorang yang hatinya senantiasa bergantung dengan masjid” (HR. Muslim).
8. Bebas Dari Neraka dan Sifat Munafik
”Siapa yang melakukan shalat berjama’ah selama 40 hari, dan ia mendapatkan takbir pertama, niscaya dituliskan untuknya dua pembebasan, bebas (selamat) dari neraka dan selamat dari nifak”.
9. Selamat Dari Kelalaian
”Sungguh beberapa kaum benar-benar akan menghentikan (kebiasaannya) meninggalkan shalat berjama’ah atau Allah benar-benar akan mengunci mati hati mereka lalu mereka benar-benar termasuk orang yang lalai” (HR. Ibnu Majah).

10. Sebagai Media Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan)
Berlomba-lomba dalam kebaikan, amal sholeh, yang telah diperintahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman;
”Dan yang demikian itu, hendaknya orang berlomba-lomba” (QS. Al-Muthaffifin : 26).
Sumber:”The Power Of Shalat Jama’ah”; Abdullah Khoir, Insan Media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATERI AQIDAH AKHLAK KELAS 1 DINIYYAH

homonim, homofon, homograf, polisemi, peyorasi, ameliorasi, sinestesia

sistem pendidikan dimesir